Kedisiplinan Guru Dalam Proses Pembelajaran
A. Kedisiplinan
Guru Dalam Proses Pembelajaran
1. Kedisiplinan
Guru
Menurut Ali Imron berpendapat bahwa kedisiplinan guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang di miliki guru dalam bekerja di sekolah,tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak secara langsung terhadap diri sendiri,teman sejawat dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
Menurut Arikunto, tujuan disiplin guru
yaitu agar kegiatan sekolah dapat berlangsung secara efektif dalam suasana
tenang, tenteram dan setiap guru beserta
karyawan dalam organisasi sekolah merasa puas karena terpenuhi
kebutuhannya.Sedangkan Depdikbud 1992 menyatakan bahwa tujuan kedisiplinan guru dapat dibagi
menjadi dua bgian yaitu:
a.
Tujuan umum,
yaitu agar terlaksana kurikulum secara baik yang menunjang peningkatan mutu
pendidikan.
Tujuan khusus yaitu: agar Kepala Sekolah dapat menciptakan
suasana kerja yang menggairahkan bagi seluruh peserta warga sekolah, agar guru
dapat melaksanakan proses belajar mengajar seoptimal mungkin dengan semua
sumber yang ada di sekolah dan di luar sekolah, agar tercipta kerja sama yang
erat antara sekolah dengan orang tua siswa dan sekolah dan masyarakat untuk
mengemban tugas pendidikan.
2. Proses
Pembelajaran
Menurut Ali Imron berpendapat bahwa kedisiplinan guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang di miliki guru dalam bekerja di sekolah,tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak secara langsung terhadap diri sendiri,teman sejawat dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
Menurut Arikunto, tujuan disiplin guru yaitu agar kegiatan sekolah dapat berlangsung secara efektif dalam suasana tenang, tenteram dan setiap guru beserta karyawan dalam organisasi sekolah merasa puas karena terpenuhi kebutuhannya.[4]
Sedangkan Depdikbud 1992 menyatakan bahwa tujuan kedisiplinan guru dapat dibagi menjadi dua bgian yaitu:
b.
Tujuan umum,
yaitu agar terlaksana kurikulum secara baik yang menunjang peningkatan mutu
pendidikan.
c.
Tujuan khusus
yaitu: agar Kepala Sekolah dapat menciptakan suasana kerja yang menggairahkan
bagi seluruh peserta warga sekolah, agar guru dapat melaksanakan proses belajar
mengajar seoptimal mungkin dengan semua sumber yang ada di sekolah dan di luar
sekolah, agar tercipta kerja sama yang erat antara sekolah dengan orang tua
siswa dan sekolah dan masyarakat untuk mengemban tugas pendidikan.
3.
Peran dan Tugas Guru Dalam Pembelajaran
a.
Peran Guru
Peran sorang guru tidak terbatas hanya pada penyampaian materi pembelajaran
saja, tetapi lebih dari itu, guru harus membentuk kompetensi dan pribadi
peserta didik. Sealin itu guru harus berperan sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, pendorong
kreatifitas, mediator, pengawas dan pengendali seluruh perilaku peserta didik.
b.
Tugas Guru dalam pembelajaran
Tugas guru dalam
proses pembelajaran meliputi tugas administrasi dan pedagogik. Dalam tugas
pedagogik, guru membantu memebimbing, memimpin siswa dalam pembelajaran,
membuat perencanaan, melaksanakan, menilai dan mengevaluasi pembelajaran pesrta
didik. Sedangkan dalam tugas administratif, berkaitan dengan penyiapan
administrasi dalam proses pembelajaran seperti menyusun rencana proses
pembelajaran, silabus, pengembngan materi dan alat peraga, media pembelajaran, evaluasi
program semester dan tahunan.
c. Tugas Guru Dalam Mendesain Program Pengajaran
Salah satu tahapan yang harus dilalui
oleh guru profesional adalah “menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata
lain disebut juga dengan mendesain program pengajaran” proses belajar mengajar
merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa didalam situasi
tertentu.
Mengajar atau lebih spesifik lagu melaksanakan
proses belajar mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat terjadi
begitu saja tanpa direncanakan sebelumnya, akan tetapi mengajar itu merupakan
suatu kegiatan yang semestinya direncanakan dan diseain sedemikian rupa
mengikuti langkah-langkah dan prosedur tertentu, sehingga dengan demikian
pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Mengajar merupakan pekerjaan dan tugas yang kompleks dan sulit. Oleh karena itu tugas dan pekerjaan tersebut memerlukan persiapan dan perencaan yang baik, sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Mengajar merupakan tugas yang perlu dipertanggung jawabkan. Dengan demikian ia memerlikan suatu perencaan dan persiapan yang mantap dan dapat dinilai pada akhir kegiatan belajar mengajar.
4. Kedisiplinan
Guru
a.
Pengertian Kedisiplinan Guru
Kedisiplinan guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki guru dalam sekolah tanpa ada pelangaran-pelanggaran yang dapat merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dirinya, teman sejawatnya dan terhadap sekolah secara keseluruhan sehingga dapat membimbing kearah pertumbuhan keperibadian psesrta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesui tatanan nilai dan norma kehidupan yang baik.
Elisabet B. Hurlock memberikan pengertian, kedisiplinan adalah merupakan sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.
Dalam informasi tentang wawasan wiata
mandala, kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung
kerelaan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tangggung
jawab.
B. Belajar dan Pembelejaran
a.
Pengertian Belajar
Belajar adalah proses mental yang mengarah pada suatu penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpam dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku baru yang lebih baik.
b. Hakikat Belajar
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia dinyatakan bahwa “belajar” adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Terdapat
banyak ahli yang berusaha mendevinisikan belajar di antaranya adalah:
1. James O. Wittaker, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Menurut Cronbach belajar adalah ditunjukan oleh perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman.
3. Howard L. Kinsley, belajar adalah proses yang dengannya tingkah laku dalam arti yang luas ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.
Dengan nada yang
sama Wingkle mamberikan devinisi belajar sebagi berikut: “belajar adalah proses
mental yang mengarah pada suatu penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan
atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga
melahirkan peruhahan pengetahuan dan tingkah laku.
c. Prinsip-prinsip belajar
Terdapat
beberapa prinsip-prinsip umum yang berkaitan dengan proses belajar yaitu:
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian
memegang peranan penting dalam proses belajar. Tenpa perhatian maka tidak akan
ada proses belajar, anak akan memeberikan perhatian, ketika proses belajar
sesuai dengan kebutuhannya. Apabila mata pelajaran itu sesui dengan sesuatu
yang butuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Disamping itu
motivasi mempunyai pengaruh besar dalam belajar seseorag. Motivasi adalah
mesing penggerak yang mendorong siswa melakukan aktivitas belajarnya. Motivasi
juga dapat menjadi alat dan tujuan pemebelajaran.
2. Keaktifan
Kecenderungan
untuk masa sekarang, inisiatif anak untuk belajar muncul dalam dirinya sendiri.
Artinya keberhasilan belajar lebih dapat terwuwju jika anak mempunyai inisiatif
untuk melakukan akitfitas belajarnya, dan guru berfungsi sebagai pengarah dan
pembimbing.
Menurut teori belajar kognitif, belajar menunjukan aktivitas kejiwaan yang tinggi, yaitu dengan mengelola infirmasi yang kita terima, bukan hanya menyimpan saja tanpa adanya informasi. Dengan demikian, seseorang bersifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu.
Dalam tataran praksis,
keaktifan siswa dapat dilihat dilihat dalam akivitas sehari-hari, misalnya ia
sering membaca buku pelajaran, serius menyimak keterangan guru, sering bertanya
kepada guru, aktif dalam diskusi kelas, rajin berlatuh dalam penguasaan
keterampilan dan lain-lain.
3. Keterlibatan Langsung dan
Berpengalaman
Belajar yang baik adalah belajar dengan mengalami langsung tanpa diwakilkan kepada orang lain. Dalam belajar dengan mengalami langsung siswa dapat menghayati, melibatkan langsung dalam perbuatan dan memiliki tanggung jawab atas keberhasilan belajar itu.
Keterlibatan
siswa dalam belajar bukan hanya diartikan sebagai keterlibatan fisik semata,
tetapi juga yang diperlukan adalah keterlibatan emosional, kegiatan berpikir,
penghayatan dan internalisasi.
4. Pengulangan
Pengulangan sangat diperlukan dalam belajar. Hal ini berkaitan dengan toeri psikologi daya, yang menyatakan bahwa belajar adalah memilih daya-daya yang ada pada diri manusia, yaitu daya mengingat, mengamati, menanggapi, menghayal, merasakan, berpikir dan lain sebagainya. Dengan cara pengulangan tersebut maka daya-daya tersebut akan berkembang dengan baik.
Disamping itu, pengulangan dalam belajar juga dikemukakan dalam teori keneksionisme atau psikologi asosiasi denga prinsip yang terkenal law of exercise, latihan yang diulang-ulang akan memberikan hasil belajar sesuai denga yang di inginkan.
5. Tantangan
Dalam teori
medan field theory, yang dikemukakan
oleh Kurt Lewin, dinyatakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam
suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar, siswa berada dalam
tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu mendapat tantangan dan hambatan dalam
mempelajari bahan pelajaran. Dengan hambatan dan tantangan itu timbulah motiv untuk
mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan pelajaran tersebut. Apabila
hambatan itu dapat teratasi maka siswa akan memasuki medan baru.
6. Penguatan
Penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner. Siswa akan belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh jika mendapat hasil yang baik dan menyenangkan, dan ini berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
7. Perbedaan Individual
Dalam proses belajar
guru harus memperharikan perbedaan individual siswa agar dapat menyesuaikan
materi, metode, irama, dan tempo penyampaian materi. Bagi siswa yang tingkat
kemampuannya rendah, guru harus memberikan perhatian lebih dengan
latihan-latihan atau pelajarn tambahan. Sedangkan bagi siswa yang kemampuannya
menonjol guru memberikan penugasan yang lebih intensif dari pada siswa yang
lain.
8. Faktor-fkator yang
Mempengaruhi Hasil Belajar
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal meliputi faktor
fisiologis dan psikologis:
1. Faktor Fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor fisiologis dibagi menjadi dua
yaitu, kondisi fisik dan kondisi panca indera.
2. Faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang ayng dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis
yang mempengaruhi proses belajar adalah meinat, bakat, intelegensi atau
kecerdasan siswa, motivasi, kemampuan kognitif, kesiapan dan kematangan,
perhatia.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumen.
1. Faktor lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar terdiri dari dua macam, yaitu:
2. Lingkungan alami
Lingkuangan alami adalah tempat dimana
seseorang atau peserta didik tinggal. Bagi seseorang yang belajar atau psesrta
didik, keadaan lingkungan cukup memberikan pengaruh terhadap proses dan hasil
belajar. Keadaan lingkungan yang bersih, sejuk dan nyaman tentunya akan
menimbulkan semangat dan kenyamanan dalam proses belajar.
3.
Sosial budaya
Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa lepas dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Ketika anak didik berada disekolah, peraturan dan tata tertib sekolah harus ditaati. Pelanggaran yang dilakukan anak didik akan dikenai sanksi dengan jenis pelanggaran.
c.
Faktor
instrumental
Prosess dan hasil peserta didik dalam
belajar juga dipengaruhi oleh beberapa instrumen diantaranya :
a.
Kurikulum
Kurikulum adalah rencana pembelajaran
yang merupakan substansi dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikum, kegiatan pembelajaran tak dapat berlangsung.
Bahan pelajaran yang harus dipelajari, bagaimana sistem dan pola pembelajaran
sampai pada evaluasi hasil pembelajaran, semuanya dijabarkan dalam kurikulum.
b.
Program
Salah satu tujuan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah agar
kegiatan belajar dan pembelajaran dapat berjalan efektif sesuai harapan dan
hasilnya maksimal.
c.
Sarana dan
prasarana
Seseorang yang belajara dengan fasilitas
yang cukup dan memadai tentunya akan mendapatkan hasil yang maksimal.
d.
Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam
pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan dalam kegiatan belajar. Seseorang
yang belajar tanpa adanya guru juga tidak mungkin mendapatkan hasil yang
maksimal.
C.
Mengajar
a.
Pengertian Mengajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan bahwa “mengajar” adalah memberi pelajaran, melatih dan sebagainya. Menurut Nana Sudjana dalam Djamarah menyatakan bahwa “mengajar” adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik dalam melakukan proses belajar. Djamarah mengemukakan bahwa “mengajar” adalah proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
a. Hakikat Hakikat Mengajar
b. Prinsip-Prinsip Mengajar
c. Tujuan Mengajar
d. Hasil mengajar
e. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Hasil Pembelajaran
D.
Mata Pelajaran Akidah Akhlak
1. Pengertian Mata
Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran
akidah akhlak adalah merupakan cabang dari pendidikan agama islam pada
madrasah, menurut Zakiyah Drajat, pendidikan agama islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa memahami ajaran islam
secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan
serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.[23]
Akidah akhlak dilihat dari segi bahasa secara
etimologi berarti “ikatan”.akida seseorang, artinya ikatan seseorang dengan
sesuatu.kata akidah berasala dari bahasa arab aqoda,ya’kudu,akidatan.[24]
Sedangkan menurut istilah akidah yaitu keyakinan atau kepercayaan terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang yang membuat hati tenang dalam islam akidah ini kemudian melahirkan iman,menurut AL RAZALI, sebagaimana dikutip oleh hamdan ihsan dan A.fuad, iman adalah mengucapkan dengan lidah mengakui kebenarannya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan.
Muhaimin mengambarkan ciri-ciri akidah
akhlak sebagai berikut:
1.
Akidah
didasarkan pada keyakinan hati, tidak yang serba rasional, sebab ada masalah
tertentu yang tidak rasional dalam akidah.
2.
Akidah islam
sesuai dengan fitrah manusia sehingah pelaksanaan akidah menimbulkan keterangan
dan ketenteraman.
3.
Akidah islam
diasumsikan sebagai perjanjian yang kokoh, maka dalam pelaksanaannya akidah
harus penuh dengan keyakinaan tanpa disertai dengan kebimbangan dan keraguan.
4.
Akidah islam
tidak hanya diyakini,lebih lanjut perlu pengucapan dengan kalimat “thayyibah” dan diamalkan dengan
perbuatan yang saleh.
5. Keyakinan dalm akidah islam merupakan masalah yang supraempiris, maka dalil yang digunakan dalam pencarian kebenaran.tidak hanya berdasarkan indra dan kemampuan manusia melainkan membutuhkan usaha yang dibawah oleh Rasul Allah.
Dilihat dari segi bahasa perkataan akhlak adalah bentuk jamak dari bentuk kata khuluqun yang artinya budi pekerti, tingkah laku dan tabbiat.
Kalimat tersebut mengungkap segi-segi persesuain dengan perkataan kholqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kholiq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.
Kemudian ibnu athir sebagai mana yang diungkapakan oleh Humaindi Tatapangngarsa mengatakan hakikat khuluk itu adalah gambaran bantin manusia yang tepat sikap dan sifat-sifatnya, sedangkan kholqu merupakan gambaran bentuk luarnya, raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya.
Menurut bahasa yunani istilah akhlak dipengaruhi istilah Ethos, atau Ethicos atau etika yang mengandung arti usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya, pikirannya untuk memecahkan masalah bagaimana iya harus hidup dan menjadi baik. Etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.
Adapun secara terminologi ada bebrapa
pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya:
1. Ibnu Maskawaihi memberikan pengertian akhlak memberikan pengertian akhlak sebagaimana yang dikutip oleh Humaidi Tatapangarsa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perubuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
2. Hamid Yunus sebagaimana yang dikutip oleh asmaran mengatakan bahwa akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik.
3. Abdullah Diros berpendapat bahwa akhlak yakni suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak berkombinasi membawa kecenderungan pada pilihan benar dan salah. Menurut Diros perbuatan-perbuatan manusia dapat di anggap sebagai manifestasi dari akhlak apabila memenuhi dua syarat yaitu; pertama perbuatan yang dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Kedua peruatan tersebut bukan karena tekanan dan dilakukan atas dorongan emosi jiwanya seperti paksaan dari orang lain yang menimbulkan kekuatan, atau bujukan dengan harapan yang indah dan lain sebagainya.
Dari pengertian diatas dapat diketahui
kegunaan akhlak yang pertama adalah hungan dengan iman manusia, sedangkan yang
kedua berhungan dengan ibadah yang merupaka perwujudan iman, apabila dua hal
ini terpisah maka, akhlak akan merusak kemurniaan jiwa dan kehidupan manusia.
Untuk mengembangakan akidah akhlak bagi siswa diperlukan modifikasi unsur-unsur moral dengan faktor-faktor budaya dimana anak tinggal. Program pengajaran moral seharusnya disesuaikan denan karakteristik siswa tersebut, yang termaksud unsur moral adalah penalaran moral, perasaan, perilaku morel serta kepercayaan iman.
Pendidikan akidah akhlak adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak
mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur;an dan Hadits melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengunaan pengalaman. Dibarengi
tutunan untuk menghormati agama lain dan hubungannya dengan kerukunan antar
umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Peranan dan efektivitas pendidikan agama di madrasah sebagai landasa bagi
pengembangan spiritual terhadap kesejatraan masyarakat harus ditingkatkan,
karena jika pendidikan agama islam yang meliputi: akidah akhlak, Qur’an hadits,
fiqih, sejarah kebudayaan islam,dan bahasa arab yang dijadikan sebagai landasan
pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat
akan lebih baik.
Pendidikan atau mata pelajaran akidah
akhlak di madrasah aliyah sebagai bagian integral dari pendidikan agama islam,
memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan
kepribadian siswa. Tetapi secara substansi mata pelajaran akidah akhlak
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mempraktekkan nilai-nilai keyakinaan keagamaan tauhid dan akhlakul karimah
dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu setelah mempelajari materi akidah akhlak, siswa diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai salah satu pedoman hidupnya.
2. Tujuan mata pelajaran akidah akhlak
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor
yang sangat penting dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak
dicapai atau hendak ditujuh oleh pendidikan. Demikian halnya dengan pendidikan
agam islam, maka tujuan pendidikan agama islam itu adalah tujuan yang ingin
dicapai oleh pendidikan agama islam dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan
islam.
Dalam pasal 3 UU RI No 20 Tahun 2003
tentang sisitem pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangannya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.
Tentang tujuan pendidikan nasional
dengan tujuan pendidikan agama islam tidak jauh berbedah. Pendidikan agama
islam disekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan melalui pemberian dann pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman
peserta didik tentang agama islam sehinggah menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, beerbangsa dan bernegara, serata
untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Jadi mata pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlak terpuji.
3. Fungsi dan
ruang lingkup mata pelajaran akidah akhlak
Funsi pendidikan agama islam merupakan
kegunaan pendidikan agama islam khususnya pada peserta didik, karena tanpa
adanya fungsi dan kegunaan agama islam maka tidak akan tercapai tujuan
pendidikan agama islam itu sendiri. Fungsi pendidikan agama islam khususnya
mata pelajaran akidah akhlak di madrasah berfungsi sebagai berikut:
1.
Penanaman
nilai ajaran islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di
akhirat
2.
Pengembangan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal
mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
3.
Penyusuain
mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan
akhida akhlak.
4.
Perbaikan
kesalahan-kesalahan dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan pengalaman
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Pencegahan
peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing
yang akan dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Pengajaran
tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak, serta sistem dan
fungsinya.
7. Penyaluran siswa untuk mendalami akidah akhlak kelembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Cakupan pembahasan kurikulum dan hasil belajar pendidikan akidah akhlak di madrasah aliyah meliputi:pertama akidah terdiri atas keiimanan atas sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah, keimana kepada kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, sifat-sifat dan mu’jizatnya, dan hari akhir. Kedua, aspek akhlak terpui yang terdiri atas khauf, raja’, taubat, tawadlu, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekat yang kuat, taaruf, taawun, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji, dan bermusyawarah. Ketiga, aspek akhlak tercelah meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dan gibah.
Comments
Post a Comment